
Makassar, Suasana penuh haru dan semangat terasa dalam peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 yang digelar di Makassar.
Semangat Inklusif Warnai Peringatan HAN
Pada acara tersebut, sejumlah anak berkebutuhan khusus, termasuk anak dengan Down Syndrome, tampil membawakan Tari Tulolonna, sebuah tarian tradisional asal Sulawesi Selatan yang sarat makna.
Penampilan mereka menjadi sorotan utama dalam rangkaian acara, memukau para hadirin dengan gerakan yang terkoordinasi dan ekspresi penuh semangat.
Tari Tulolonna: Tradisi dan Makna
Tari Tulolonna menceritakan kisah perjalanan hidup, harapan, dan kekuatan menghadapi tantangan. Hal ini selaras dengan perjuangan para anak disabilitas yang tampil dengan percaya diri di atas panggung.
Para penari menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkontribusi dalam pelestarian budaya daerah.
Down Syndrome Bukan Penghalang
Seorang anak penyandang Down Syndrome menjadi pusat perhatian. Ia menari dengan semangat, mengikuti irama musik dengan ketekunan dan ketepatan yang luar biasa.
Kehadirannya membawa pesan kuat: bahwa setiap anak, apapun kondisinya, berhak untuk diakui dan dihargai.
Baca Juga : Warung Neni Panen Berkah dari Program Penanaman Mangrove di Vale
Pelibatan Aktif Komunitas Disabilitas
Acara ini tidak hanya menampilkan pertunjukan seni, tapi juga menjadi ruang inklusi bagi komunitas disabilitas. Anak-anak dari sekolah luar biasa (SLB) dilibatkan secara aktif dalam latihan dan pertunjukan.
Kolaborasi ini melibatkan pemerintah daerah, komunitas seni, dan lembaga pendidikan khusus di Sulawesi Selatan.
Apresiasi dari Masyarakat
Penampilan anak-anak disabilitas menuai apresiasi besar. Para penonton memberikan tepuk tangan meriah, dan sebagian terlihat terharu menyaksikan keberanian dan semangat mereka.
Banyak yang mengungkapkan kekaguman atas kemampuan anak-anak menampilkan budaya lokal dengan begitu apik.
Peran Guru dan Pendamping
Kesuksesan penampilan ini tidak lepas dari peran guru dan pendamping yang sabar dan telaten membimbing para peserta.
Proses latihan berlangsung selama beberapa minggu, dengan pendekatan yang menyenangkan agar anak-anak merasa nyaman dan percaya diri.
Momentum Penguatan Inklusi
Pementasan tari ini menjadi momentum penting dalam menguatkan nilai inklusi dalam pendidikan dan budaya. Tidak hanya bagi peserta, tapi juga untuk masyarakat yang hadir dan menyaksikan.
Pesan yang disampaikan sangat jelas: semua anak memiliki potensi, dan semua pantas diberi ruang untuk tumbuh dan bersinar.
Menumbuhkan Kepercayaan Diri
Bagi para peserta, tampil di panggung besar memberikan pengalaman yang luar biasa. Kepercayaan diri mereka tumbuh, begitu juga dengan motivasi untuk terus belajar dan berkarya.
Orang tua pun merasa bangga dan terharu atas pencapaian anak-anak mereka.
Mendorong Partisipasi Budaya yang Setara
Acara ini sekaligus menunjukkan bahwa pelestarian budaya daerah seharusnya melibatkan semua kelompok, termasuk penyandang disabilitas.
Dengan demikian, budaya menjadi milik bersama dan sarana penyatuan, bukan pemisahan.